Senin, 30 Januari 2017

SANTA AGNES

Pada permulaan abad keempat, didirikanlah di kota Roma sebuah gedung pusaka besar lagi indah. Gedung seindah istana itu, kepunyaan seorang bangsawan ternama di kota Roma. Telah berabad-abad lamanya pengaruh kaum bangsawan memegang peranan penting dalam kota. Tetapi, meski pun begitu, kehidupan keluarga bangsawan itu berlainan sekali. Mereka tidak pernah mengadakan pesta-pesta bagi umum, sebaliknya ia pun tidak pernah juga mengunjungi pesta malam. Lagi pula, segala sesuatu yang tampak di rumah bangsawan itu sederhana saja.
“Tentu karena kikirnya, si kaya itu tak mau berpesta!” kata orang-orang.




“Lihatlah, gedung besar lagi indah itu terbagi dua. Bagian yang kecil, didiaminya, sedangkan yang besar terlindungi tembok tinggi yang tebal dan selalu tertutup. Pastilah di situlah disimpannya kekayaan yang tak ternilai banyaknya!”

Syukurlah, persangkaan orang-orang itu tak benar.

Sebenarnya, karena keluarga bangsawan itu menginsafi, “Hidup berpesta, lambat laun membawa keruntuhan!”

Pun, sudah lebih dari seabad lamanya keluarga bangsawan itu membanggakan namanya sebagai Penganut Yesus Kristus.

Sayang, orang-orang itu juga belum pernah menyaksikan suasana tenang dalam rumah indah itu. Dan bagian yang tertutup, dipergunakan untuk bermacam-macam pekerjaan amal. Melalui pintu belakan, yang sakit, yang tua, yang miskin, yang terkutuk badannya, dapat minta pertolongan yang dibutuhkannya. Namun, ruang yang terbesar serta terindah selalu tersedia bagi Misa Kudus.

Satu hal boleh dikatakan kurang ialah, tak adanya seorang putera pun yang dapat mempertahankan dan tetap menjunjung nama mulia itu. Hanya Agnes, penghibur orang tuanya yang telah lanjut usianya.

Alangkah cantiknya lagi ramah tamah gadis itu. Pekertinya lemah lembut sesuai benar dengan tubuhnya yang elok itu. Budinya terang. Tak heran bila seisi rumah suka bergaul dengan Agnes.


Sejak dari kecil, Agnes dididik ibunya menurut kedua belas fasal kepercayaan Yesus Kristus. Dan Agnes, mencintai Kristus dengan sepenuh hati. Setiap hari makin tumbuh cinta yang halus lagi suci itu. Pada suatu hari, timbullah keinginan yang berkobar-kobar di dalam kalbunya. Setelah dipikirkan masak-masak, Agnes pergi kepada ayah bundanya. Dengan terus terang diuraikannya cita-citanya dan memohon izin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar